Saturday, December 24, 2011

Pelajaran Kehidupan

 
Pelajaran Kehidupan

“IPS 96, Agama 94, Pkn 94, B.indo 86. Boleh ikut ujian karate gak??”
Ku tempelkan kertas didepan tv bermaksud agar ayahku melihatnya.
            “pokoknya aku mau ujian!!” pagi-pagi tangis ku seolah mengundang amarah ibuku.
            “gak, sekali ibu bilang enggak ya enggak!” ibuku menarik nafas lega.
            “ibu mah jahat! Tau ahh!” hingga sore pun aku mogok makan karena masih belum diizinkan untuk ikut ujian karate.
            Aku menangis, sedikit berteriak, mengutuk, membenci. Seharian begitu aku didalam kamar “jahat!! Nanti SMA aku kan udah gak karate lagi!”
            “yeh, kok kamu masih nangis aja sih?” ibuku terlihat marah “kamu kan udah janji kelas 9 berhenti karate. Berhenti ikut ujian atau pergi2!!” ibuku marah dan aku hanya terdiam. Masih terdiam.
            Esoknya kedua orang tuaku mendatangiku “makan dulu. Nanti ibu pikirin lagi” aku sedikit tersenyum.
            Hari sabtu aku menyerahkan semua persyaratan ujian. Dan hari minggunya aku ujian mendadak. Senangnyaa, satu hari latihan dan langsung ujian, lulus pula hahaha subhanallah.
            Seminggu sudah ujian berlalu. Rupanya pelantikan yang telah direncanakan cukup membuatku tergiur. Sehabis pulang latihan aku berniat untuk izin ke orang tuaku nanti.
            Sabtu ini aku pulang sendiri. Karena angkot yang menuju rumahku terbilang jarang, aku memutuskan untuk sholat terlebih dahulu dimasjid terdekat. Subhanallah, ramai sekali masjid ini. Banyak Ibu-ibu, anak-anak, dan remaja-remaja berlalulalang. Sungguh bukan keadaan yang seperti biasanya. Yang hanya dihiasi orang-orang yg tidur diemperan dan beberapa orang yg sujud didalamnya.
            “permisi” ku tampakan senyum singkat kepada ibu-ibu yang memperhatikanku. Dengan hati-hati aku berjalan, bermaksud menjaga wudhu ku karena banyak sekali laki-laki berlalulalang tanpa batas apapun.
            Dari dalam tempat sholat wanita aku melihat keluar. Banyak sekali anak-anak kecil yang sedang menulis sebuah surat sambil memegang sesuatu. Ahh.. itu seperti foto copyan rapot SD ku, mirip sekali. Yah, mereka memegang foto copyan rapot mereka. Tapi, untuk apa?
            Aku membuyarkan lamunan dan memulai shalat ku. Entah karena masih digeluti rasa penasaran, sholatku terasa kurang khusuk. Aku malah cenderung mendengarkan percakapan dua remaja putri disebelahku.
Ukhti A : “gantian ya rapihin kerudungnya”
Ukhti B : “he-euh”
Ukhti A : “alhamdulillah ya masih ada acara kayak gini”
Ukhti B : “iya, kita harus bersyukur ternyata masih ada orang yang peduli sama kita”
            Kedua remaja itu pergi. Dengan cepat aku mencerna semua percakapan mereka. Seketika air mata meleleh terlalu dalam, tatkala aku menoleh ke kaca transparan sebelah kiriku. Samar-samar ku lihat spanduk bertuliskan “Rumah peduli anak yatim dan dhuafa”. Teringat semua kekufuran nikmat yang telah aku lakukan. Terbayang wajah ibuku dihari ibu kemarin saat ku hadiahkan beliau dengan rapot ku yang setidaknya tidak mengecewakan. Teringat saat ku katakan “mah, itu hadiah hari ibu dari aku” sambil menunjuk papan tulis yang tertera namaku diatasnya. Ibuku tersenyum, ia berusaha menahan air matanya. Dan sembunyi-sumbunyi aku pun menghapus setitik perih dimataku.
            Ya allah maafkan hamba mu yang penuh dosa ini. Yang tidak pernah merasa cukup atas nikmat yang telah engkau berikan. Yang begitu hina, begitu naif. Jadikan hamba orang yang lebih baik. Dalam mensyukuri segala nikmatmu, dalam memupuk keikhlasan disetiap nafasku, dalam mengahargai mencintai dan menghormati kedua orang tua hamba, guru-guru hamba, sahabat-sahabat hamba, dan semua orang yang mencintai atau hamba cintai. Terimakasih atas segala nikmat yang telah kau berikan ya Allah ya Tuhanku. Jangan pernah palingkan sedikit saja perhatianmu dariku, karena aku pastikan tersesat, aku pasti akan sangat lemah, sangat tak berdaya. Jangan kau ambil semua nikmat yang telah kau berikan wahai Tuhanku yang maha pengasih lagi maha penyayang. Tolong jaga kedua orang tuaku, jangan ambil mereka dari sisiku sebelum aku berhasil membahagiakan mereka. Ku serahkan segala jiwaku karenamu, ku relakan seutuhnya hatiku untukmu, ku arahkan seluruh ragaku dijalanmu. Jaga aku ya Allah,, jauhi aku dari perbuatan-perbuatan yang akan menyesatkanku. Jaga aku dari segala fitnah, perbuatan zinah, dan juga segala tipu daya syeitan. Hanya kepadamu aku memohon dan meminta pertolongan. Amin allahumma amin.

By @sayA_zmii

0 comments: